Monday 24 October 2016

KTI GAGAL GINJAL KRONIS

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
 GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG St. LUKAS
RUMAH SAKIT UMUM St. VINCENTIUS
TAHUN 2016


KARYA TULIS ILMIAH
Description: C:\Users\FCS\Downloads\kemenkes Jadi copy.jpg







OLEH:
RICKI RIDHO GALIH QURAISIN
NIM: 20136111109


           




POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI D-III KEPERAWATAN

2016
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Jurusan Keperawatan Singkawang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pontianak.

Singkawang, 28 Juni 2016


Pembimbing Utama
           

dr. Nurmansyah, M.Kes
NIP. 19570907 198901 1 001



Pembimbing Pendamping


Ns. Gusti Barlia, S.Kep
NIP. 19751018 199803 1 004








LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANGAN ST. LUKAS RUMAH SAKIT UMUM
ST. VINCENTIUS SINGKAWANG
TAHUN 2016

Dipersiapkan dan disusun oleh :


RICKI RIDHO GALIH QURAISIN
NIM : 2013.611.1109

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal,  1 Agustus2016

Susunan Dewan Penguji I
Ketua





Yuslana, S. ST, M. Kes
NIP. 19631119 198403 2 002


Penguji II





Marsia, S. ST, M. Kes
NIP. 19630606 198603 2 001

Penguji III





dr. Nurmansyah, M.Kes
NIP. 19570907 198901 1 001

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
mendapat gelar AHLI MADYA KEPERAWATAN di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak

Singkawang, 8 Agustus 2016

Ketua Jurusan Keperawatan





Hj. Sarliana Zaini, SKM, M.Kes
NIP. 196001121985032001

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

     Singkawang,   Juni 2016


                                                                                     Ricki Ridho Galih Quraisin
  NIM. 20136111109


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis selama menempuh pendidikan dan dalam menyusun Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruangan St. Lukas RSU St. Vincentius Singkawang tahun 2016.”.
Dalam penyusunan Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, koreksi, dorongan motivasi dan masukkan dari berbagai pihak, dan terutama penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtua Ayahanda tercinta Suratno, ibunda tercinta Susiyanti, kakak saya Eka Dinar Galih Rakasiwi, Abang saya Fery Aspiawan,  adik saya Galih Maulia Maharani, dan seseorang yang special Rizki Pangesti. Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1.    Bapak Khayan, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Pontianak.
2.    Bapak Husin Basir selaku direktur RSU St. Vincentius
3.    Ibu Sarliana Zaini,SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Singkawang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Pontianak.
4.    Bapak dr. Nurmansyah, M.Kes selaku Dosen pembimbing I Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ini yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penyusunan Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ini.
5.    Bapak Ns. Gusti Barlia, S.Kep selaku Dosen pembimbing II Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ini yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penyusunan Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ini.
6.    Ibu Yuslana, S.ST, M.Kes selaku Dosen penguji utama yang akan menguji dan memberikan masukan atau saran dalam penyusunan Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ini.
7.    Ibu Marsia, S.ST, M.Kes selaku Dosen penguji Kedua yang akan menguji dan memberikan masukan atau saran dalam penyusunan Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ini.
8.    Bapak, Ibu dosen dan staf pengajar Jurusan Keperawatan Singkawang, yang telah memberikan motivasi serta ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan.
9.    Sahabat-sahabat penulis yang selalu menemani dan mendukung penulis selama penyelesaian Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ini. Serta rekan-rekan se-angkatan tahun 2013 yang telah memberikan masukan dan dukungan dalam penyelesaian Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ini.
10.  Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaikan Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ini.
          Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i Jurusan Keperawatan Singkawang dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di masyarakan dan mutu pelayanan pendidikan dikampus Keperawatan Singkawang.
                                                                                   Singkawang,  27 Juni 2016
 
Ricki Ridho Galih Quraisin
Nim: 20136111109
DAFTAR ISI
                                Halaman
COVER .....................................................................................................................             i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... ....... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR............................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xi
INTI SARI .............................................................................................................. xii
ABSTRACT .......................................................................................................... xiii
BAB I       PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang.................................................................................... 1
B.  Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C.  Tujuan Penelitian................................................................................ 5
D.  Manfaat Penelitian.............................................................................. 6
BAB II      TINJAUAN PUSTAKA
A.  Konsep Penyakit................................................................................. 8
1.   Pengertian ..................................................................................... 8
2.   Etiologi............................................................................................ 9
3.   Patofisiologi ................................................................................... 9
4.   Manifestasi Klinis ........................................................................ 11
5.   Tahapan ...................................................................................... 12
6.   Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 14
7.   Penatalaksanaan medis .............................................................. 16
8.   Komplikasi.................................................................................... 19

B.  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................... 22
1.   Pengkajian................................................................................... 22
2.   Diagnosa Keperawatan................................................................ 25
3.   Intervensi...................................................................................... 25
4.   Implementasi................................................................................ 33
5.   Evaluasi........................................................................................ 33
C.  Kerangka Teori................................................................................. 35
D.  Pertanyaan Penelitian....................................................................... 36
BAB III     METODE PENELITIAN
A.  Desain Penelitian.............................................................................. 37
B.  Partisipan.......................................................................................... 37
C.  Metode Pengambilan Kasus............................................................. 38
D.  Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... 38
E.  Metode Pengumpulan Penelitian...................................................... 38
F.  Prosedur Penelitian........................................................................... 39
G. Instrumen Penelitian......................................................................... 39
H.  Etika Penelitian................................................................................. 40
I.    Analisa Data...................................................................................... 41
J.   Rencana Jadwal Penelitian.............................................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.  Hasil Studi Kasus pada Klien Pertama, Ny. SZ............................... 43           
B.  Hail Studi Kasus pada Klien Kedua, Ny. YB ................................... 62
BAB V PEMBAHASAN
A.  Pengkajian ....................................................................................... 82
B.  Diagnosa Keperawatan ................................................................... 84
C.  Intervensi Keperawatan ................................................................... 87
D.  Implementasi Keperawatan ............................................................. 89
E.  Evaluasi ........................................................................................... 91
BAB VI PENUTUP
A.  Kesimpulan ...................................................................................... 95
B.  Saran................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR TABEL
                                                                       Halaman    
Tabel 1     Intervensi Keperawatan ........................................................................ 26           
Tabel 2.    Jadwal Penelitian................................................................................... 42
Tabel 3     Diagnosa Keperawatan (Klien 1)........................................................... 49
Tabel 4     Intervensi keperawatan (Klien 1)........................................................... 51
Tabel 5     Implementasi dan Evaluasi Keperawatan (Klien 1) ............................. 54
Tabel 6     Diagnosa Keperawatan (Klien 2)........................................................... 68
Table 7     Intervensi Keperawatan (Klien 2) ......................................................... 70
Tabel 8     Implementasi dan Evaluasi Keperawatan (Klien 2) ............................. 73
Tabel 9   Pengkajian.............................................................................................. 82
Tabel 10 Diagnosa Keperawatan..................................................................... ..... 84
Tabel 11 Intervensi Keperawatan.......................................................................... 87
Tabel 12 Implementasi Keperawatan ................................................................... 89
Tabel 12 Evaluasi Keperawatan............................................................................ 91

             



DAFTAR GAMBAR
                                                                                                                      Halaman
Gambar 1     Kerangka Teori................................................................................. 35


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.  Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 2. Surat Balasan Permohonan Izin pengambilan Data Awal
Lampiran 3.  Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4.  Surat Balasan permohonan Penelitian
Lampiran 5. Informed Concent Klien 1
Lampiran 6. Informed Concent Klien 2
Lampiran 7. Permintaan Menjadi Partisipan Penelitian
Lampiran 8. Format Pengkajian
Lampiran 9. Tabel Jadwal Penelitian
Lampiran 10.  Lembar Konsultasi


KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
 GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG St. LUKAS
RUMAH SAKIT UMUM St. VINCENTIUS
TAHUN 2016

Ricki Ridho Galih Quraisin1), Nurmansyah2), Gusti Barlia3)

INTISARI
/
Penyakit ginjal  kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada masalah medik, ekonomik dan sosial yang sangat besar bagi pasien Menurut penelitian amerika serikat terjadi peningkatan penyakit gagal ginjal kronik. Angka kejadian gagal ginjal kronik di rumah sakit St. Vincentius terjadi penurunan akan tetapi kasus yang meninggal meningkat dikarenakan gagal ginjal kronik.
Penyakit gagal ginjal kronik  umumnya disebabkan oleh beberapa factor yaitu penyakit glomerulus yang kronis, infeksi kronis, Anomali kongenital, penyakit vaskuler, obstruksi renal, penyakit kolagen, preparat nefrotoksik, penyakit endokrin.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan medikal bedah dengan gagal ginjal kronik di ruangan St. Lukas Rumah Sakit St. Vincentius singkawang 2016. Jenis instrument yang digunakan adalah format pengkajian dengan referensi yang ada. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 2 partisipan yang telah memenuhi kriteria inkusi yang ditetapkan peneliti.
Hasil penelitian : Ny. SZ dan Ny. YB memiliki keluhan yang sama yaitu sesak serta mual, nyeri epigastrik dan bengkak ekstremitas bawah. Implementasi keperawatan menyesuaikan dengan rencana yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi pada partisipan Ny. SZ dan Ny. YB bahwa mampu mengontrol nyeri dan diit gagal ginjal kronik.
Kesimpulan: Asuhan keperawatan medikal bedah dengan gagal ginjal kronik di ruangan St. Lukas Rumah Sakit St. Vincentius Singkawang 2016 telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Saran: diharapkan bagi pihak rumah sakit untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung kesembuhan klien gagal ginjal kronik

 

1.    Daftar Bacaan              : 10 (2000 – 2015)
2.    Kata Kunci                    : Asuhan Keperawatan, Gagal Ginjal Kronik
3.    Keterangan                   : 1) Penelitian, 2) Pembimbing Utama, 3)
Pembimbing kedua

SCIENTIFIC PAPERS
CASE STUDY NURSING IN PATIENTS WITH
CHRONIC KIDNEY FAILURE IN THE St. LUKAS
GENERAL HOSPITAL St. VINCENTIUS
YEAR 2016
Ricki Ridho Galih Quraisin1), Nurmansyah2), Gusti Barlia3)

ABSTRACT

Chronic kidney disease is a worldwide health problem that affects the medical issues, economic and social which is huge for patients According to research the united states an increase in chronic kidney disease. The incidence of chronic renal failure in hospitals St. Vincent decreased but increased cases died due to chronic renal failure.
Chronic kidney disease is generally caused by several factors namely chronic glomerular disease, chronic infection, congenital anomalies, vascular disease, renal obstruction, collagen diseases, nephrotoxic preparations, endocrine diseases.
This research is a qualitative case study approach that aims to identify medical-surgical nursing care with chronic renal failure in the room St. St. Luke's Hospital Vincent singkawang 2016. Type of instrument used is the assessment format with existing references. Participants in this research were two participants who have met the criteria set inkusi researchers.
Result: Ny. SZ and Ny. YB had the same complaints are packed as well as nausea, epigastric pain and swelling of the lower limb. Implementation of nursing adjust to a predetermined plan. The results of the evaluation in participants Ny. SZ and Ny. YB that is able to control pain and chronic renal failure diet.
Conclusion: The medical-surgical nursing care with chronic renal failure in the room St. St. Luke's Hospital Vincent Singkawang 2016 in accordance with the expected goals. Suggestion: for the hospital is expected to further improve health services, so that the nursing care given client can support healing of chronic renal failure.

1.    Reading List       : 10 (2000-2015)
2.    Keywords           : Nursing Care, Chronic Renal Failure
Informations    : 1) research, 2) Poltekkes lecture, 3) Poltekkes Lecture
BIODATA PENULIS
Description: F:\Foto 15-16 new\RICKI RIDHO G.Q\DSC_1947.JPG
Nama                          : Ricki Ridho Galih Quraisin
Tempat tanggal lahir   : Singkawang, 10 November 1995
Jenis kelamin             : Laki-laki
Agama                        : Islam
Alamat                        : Jalan Demang Akub RT/RW. 010/001, Kelurahan Setapuk Kecil, Kecamatan Singkawang Utara.
Nama Orang Tua       : Ayah : Suratno
                                      Ibu      : Susiyanti
Saudara/I                    : 1. Eka Dinar Galih Rakasiwi
                                      2. Galih Maulia Maharani


JENJANG PENDIDIKAN
1.    SD Negeri 02 Singkawang Utara 2001-2007
2.    SMP Negeri 08 Singkawang 2007-2010
3.    SMA Negeri 01 Singkawang 2010-2013
4.   D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pontianak Tahun 2013-2016
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Masyarakat selama ini menganggap penyakit yang banyak mengakibatkan kematian adalah jantung dan kanker. Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan kematian dan kejadian tersebut di masyarakat terus meningkat (Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal  kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada masalah medik, ekonomik dan sosial yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Sehingga Gagal ginjal kronik (GGK) kini telah menjadi persoalan serius kesehatan masyarakat di dunia (Syamsiah, 2011).
Di Amerika Serikat, kejadian dan prevalensi gagal ginjal meningkat, dan jumlah orang dengan gagal ginjal yang dirawat dengan dialisis dan transplantasi diproyeksikan meningkat dari 340.000 di tahun 1999 dan 651.000 dalam tahun 2010 (Cinar,2009). Data menunjukkan bahwa setiap tahun 200.000 orang Amerika menjalani hemodialisis karena gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam satu juta orang Amerika adalah pasien dialisis (Shafipour, 2010). Di negara Malaysia dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya (Neliya, 2012).
Di dunia, sekitar 2.622.000 orang telah menjalani pengobatan End-Stage Renal Disease pada akhir tahun 2010, sebanyak 2.029.000 orang (77%) diantaranya menjalani pengobatan dialisis dan 593.000 orang (23%) menjalani transplantasi ginjal (Neliya, 2012 ).
Dari survei yang dilakukan oleh Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) pada tahun 2009, prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia (daerah Jakarta
Yogyakarta, Surabaya, dan Bali) sekitar 12,5%, berarti sekitar 18 juta orang dewasa di Indonesia menderita penyakit ginjal kronik (Neliya, 2012).
Data rekam medis yang didapatkan di RSU. ST. Vincentius terdapat data pasien gagal ginjal kronik selama 5 tahun terakhir sebanyak 68 kasus dan yang meninggal dunia karena gagal ginjal kronik sebanyak 22 kasus. Pada tahun 2011 yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 11 orang, wanita sebanyak 12 orang dan yang meninggal sebanyak 5 orang. Pada tahun 2012 yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 14 kasus, perempuan sebanyak 7 kasus dan yang meninggal sebanyak 9 kasus. Pada tahun 2013 yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 7 orang, wanita sebanyak 6 orang dan yang meninggal sebanyak 6 orang. Pada tahun 2014 yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 2 orang dan wanita sebanyak 4 orang, pada tahun ini tidak ada kasus yang meninggal. Pada tahun 2015 sampai bulan november terdapat 5 orang pasien yang terdiri laki-laki 4 orang dan perempuan 1 orang dengan meninggal 2 orang (rekam medis rsu.st.Vincentius, 2015).
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki berat kurang lebih 12,5 g, terletak pada posisi di sebelah lateral vertebrata torakalis bawah, beberapa sentimeter di sebelah kanan dan kiri garis tengah. Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam basa dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, serta mengekresikan kelebihan sebagai urine. Ginjal juga mengeluarkan produksi sisa metabolisme (urea, kreatinin dan asam urat) dan zat kimia asing ( smeltzer, 2001).
Gagal ginjal kronis (GGK) adalah penurunan faal ginjal yang menahun, yang umumnya ireversible dan cukup lanjut. Insufisiensi ginjal kronik adalah penurunan faal ginjal yang menahun tetapi lebih ringan dari GGA (Sidabutar,2011).
Gagal ginjal kronis (CFR: Chronic Renal Failure) merupakan proses kontinu yang dimulai ketika terjadi kehilangan sebagian nefron dan berakhir ketika nefron yang tersisa tidak lagi dapat bertahan hidup. (Kumar,2013).
Komplikasi yang sering kali ditemukan pada penderita gagal ginjal kronik adalah anemia, gagal jantung, hipertensi, malnutrisi, penyakit tulang, impotensi, gangguan menstruasi dan kematian. Komplikasi yang mengancam jiwa dapat terjadi akibat hiperkalemia asidosis kelebihan cairan perikarditis dan enselopati.
Penatalaksanaan pasien dengan Gagal Ginjal Kronik adalah dengan terapi hemodialisa,obat–obatan seperti anti hipertensi suplemen besi agen pengikat fosfat suplemen kalsium furosemid untuk membantu berkemih terapi diit rendah protein dan tinggi karbohidrat pemberian tranfusi darah dan tranplanatsi ginjal pada pasien dengan tahap terminal. Pengobatan dan terapi sangat diperlukan bagi kesembuhan penderita gagal ginjal kronik. Sebagai contoh pada pasien dengan tahap akhir mudah diperlukan terapi hemodialisa atau cuci darah untuk menjaga keseimbangan elektrolitnya selain terapi dan pengobatan secara medis tersebut diatas pendekatan proses keperawatan secara bio-psiko-sosio-spritual juga sangat dibutuhkan dalam penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronik.
Untuk mencegah komplikasi maka akan dilakukan asuhan keperawatan secara sistematis. Dari pengkajian untuk mengetahui tanda dan gejala dan untuk menentukan diagnosa keperawatan. Setelah menentukan diagnosa keperawatan dapat kita lakukan intervensi yang sesuai dengan masalah yang dialami pasien. Setelah itu kita implementasikan dan akhirnya mengevaluasi apakah intervensi yang kita susun tercapai atau tidak.
Pengkajian yang didapatkan pada penyakit gagal ginjal kronis antara lain aktivitas yaitu kelemahan dan keletihan. Pada sirkulasi terdapat pucat, nadi lemah/halus dan kuat, tekanan darah tinggi. Pada eliminasi akan terjadi oliguria,poliuri, retensi, abdomen kembung, diare atau konstipasi. Pada makanan/cairan yang harus dikaji adanya mual, muntah, nyeri ulu hati, perubahan turgor kulit/kelembaban dan adanya edema pada bagian bawah maupun umum. Pada neurosensori yaitu adanya penurunan lapang pandang, penurunan kesadaran, kejang. Pada nyeri/kenyamanan antara lain nyeri tubuh, sakit kepala dan gelisah. Pada pernapasan yaitu adanya peningkatan frekuensi, kussmaul, dyspnea, batuk dengan sputum kental merah muda menandakan adanya edema paru. Pada seksualitas akan terjadi penurunan libido dan amenorea. Pada interaksi sosial klien tidak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada gagal ginjal adalah kelebihan volume cairan akibat penurunan haluran urin, retensi cairan dan natrium,ketidakefektifan pola nafas akibat anemia. Ketidakseimbangan nutrisi,  akibat mual dan muntah dan intoleransi aktivitas kelemahan dan keletihan yang disebabkan anemia, Gangguan harga diri akibat ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh, dan fungsi seksual, Gangguan rasa aman cemas akibat dari kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya, Gangguan proses pikir akibat terlalu memperhatikan penyakit dan pembatasan. Kurang perawatan diri akibat dari intoleransi aktivitas (Nanda, 2011).
Setelah menentukan diagnosa keperawatan akan dilakukan intervensi keperawatan. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat kesehatan saat ini ke tingkat kesehatan yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan.
Tahap pelaksanaan atau implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Setelah implementasi akan dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi menggunakan metode SOAP (Subjektive Objektive Analisa Planing). Pada evaluasi gagal ginjal kronis tujuan yang diharapkan tercapai antara lain volume cairan yang seimbang, pola napas yang efektif, kebutuhan nutrisi yang adekuat, beraktifitas yang dapat ditoleransi, memperbaiki konsep diri , kecemasan tidak ada/hilang, proses pikir sempurna, perawatan diri terpenuhi.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk menyusun Proposal karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan dengan gagal ginjal kronik di ruang LUKAS RSU. ST. VINCENTIUS.

A.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menentukan masalah yaitu:       “ Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruangan St. Lukas Rumah Sakit Umum ST. Vincentius Singkawang tahun 2016?”.
B.   Tujuan Penelitian
1.    Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruangan St. Lukas Rumah Sakit Umum ST. Vincentius Singkawang tahun 2016.
2.    Tujuan khusus
a.   Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada penderita asuhan keperawatan pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruangan St. Lukas Rumah Sakit Umum ST. Vincentius Singkawang tahun 2016.
b.   Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada penderita asuhan keperawatan pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruangan St. Lukas Rumah Sakit Umum ST. Vincentius Singkawang tahun 2016.
c.   Untuk mengetahui intervensi keperawatan yang efektif pada penderita asuhan keperawatan pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruangan St. Lukas Rumah Sakit Umum ST. Vincentius Singkawang tahun 2016.
d.   Untuk mengetahui implementasi keperawatan yang efektif pada penderita asuhan keperawatan pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruangan St. Lukas Rumah Sakit Umum ST. Vincentius Singkawang tahun 2016.
e.   Untuk mengetahui hasil evaluasi asuhan keperawatan pada penderita asuhan keperawatan pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruangan St. Lukas Rumah Sakit Umum ST. Vincentius Singkawang tahun 2016.
C.   Manfaat Penelitian
1.    Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di pelajari untuk mendapatkan pengalaman secara langsung dalam melakukan penelitian.
2.    Bagi Institusi Jurusan Keperawatan Singkawang
Dapat menjadi sumber data, referensi atau bahan rujukan untuk menyusun karya tulis ilmiah selanjutnya
3.    Bagi Partisipan
Dapat menambah pengetahuan partisipan dan keluarga tentang penyakit  terutama tentang cara  pencegahan dan penanggulangannya.
4.    Bagi Rumah Sakit Umum St. Vincentius Singkawang

Untuk dapat memberikan masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.     Konsep Dasar Penyakit
1.    Pengertian
Gagal ginjal kronis (chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam,2009).
Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan  gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2001)
Gagal ginjal kronis (bahasa Inggris: chronic kidney disease, CKD) adalah proses kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu lebih dari 3 bulan. CKD dapat menimbulkan simtoma berupa laju filtrasi glomerular di bawah 60 mL/men/1.73 m2, atau di atas nilai tersebut namun disertai dengan kelainan sedimen urin. Adanya batu ginjal juga dapat menjadi indikasi CKD pada penderita kelainan bawaan seperti hiperoksaluria dan sistinuria (Wikipedia, 2015).
Penyakit gagal ginjal kronik (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, yang bersifat irreversible yang akhirnya mempengaruhi seluruh organ tubuh. Parenkim dan nefron rusak dan fungsi ginjal menurun secara progresif (Muralistharan, 2015).
1.    Etiologi
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya gagal ginjal kronis yaitu (Kowalak, dkk., 2011: 561) :
a.    Penyakit glomerulus yang kronis (glomerulonefritis)
b.    Infeksi kronis (seperti pielonefritis kronis dan tuberculosis)
c.     Anomali kongenital (penyakit polikistik ginjal)
d.     Penyakit vaskuler (hipertensi, nefroskerosis)
e.     Obstruksi renal (batu ginjal)
f.      Penyakit kolagen (lupus eritematosus)
g.     Preparat nefrotoksik (terapi aminoglikosid yang lama)
h.     Penyakit endokrin (nefropati diabetik)
                                   
2.    Patofisiologi
Kerusakan pada ginjal dalam waktu lama akan merusak atau menghilangkan nefron dan masa ginjal menjadi lebih kecil secara progresif sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal (Brunner & Suddarth, 2001).
Fungsi ginjal menurun sehingga terjadi gangguan filtrasi glomerulus yang menyebabkan ureum dalam darah meningkat (uremia). Selain itu penurunan fungsi glomerulus akan menurunkan clearance kreatinin, ini akan meningkatkan kadar kreatinin serum (Brunner & Suddarth, 2001).
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentasikan atau mengencerkan urin secara normal, Respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Sehingga pasien yang sering menahan natrium dan cairan dapat meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien ini juga mempunyai kecendrungan kehilangan garam, yang dapat mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium sehingga status uremik memburuk (Brunner & Suddarth, 2001).
Asidosis, dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolis seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk menyekresikan ammonia (NH3-) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat   (HCO3-). Penurunan eksresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi (Brunner & Suddarth, 2001).
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendrungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal (Brunner & Suddarth, 2001).
Eritropoetin, suatu substansi normal yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan napas sesak (Brunner & Suddarth, 2001).
Abnormalitas utama yang lain pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun demikian, pada gagal ginjal tubuh tidak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya,  kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang. Selain itu, metabolic aktif vitamin D (1,25-dihidrolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun seiring dengan berkembangannya gagal ginjal (Brunner & Suddarth, 2001).
Penyakit tulang uremik, seiring disebut osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfst, dan keseimbangan parathormon (Brunner & Suddarth, 2001).
Laju penurunan fungsi ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis berkaitan dengan gangguan yang mendasari, eksresi protein dalam urin, dan adanya hipertensi. Pasien yang mengekskresikan secara signifikan sejumlah protein atau mengalami peningkatan tekanan darah cenderung akan cepat memburuk daripada mereka yang tidak mengalami kondisi ini (Brunner & Suddarth, 2001).

3.    Manifetasi klinis
Tanda dan gejala gagal ginjal kronik (Nursalam, Fransisca B. Baticaca, 2009) :
a.    Gastrointestinal
Ulserasi saluran pencernaan, anoreksia, mual, muntah, nafas bau amoniak, mulut kering, perdarahan saluran cerna.
b.    Kardiovaskuler
Hipertensi, perubahan elektro kardiografi (EKG), pericarditis, efusi perikardium, tamponade pericardium,
c.    Respirasi
Edema paru, efusi pleura, pleuritis, kussmaul, pneumonitis dan dyspnea.
d.    Neuromuskular
Mudah lelah, lemah, otot mengeci, gangguan tidur, sakit kepala, latargi, gangguan muscular, neuropati perifer, bingung, dan koma.
e.    Metabolik/endokrin
Hyperlipidemia, gangguan hormon seks yang menyebabkan penurunan libido, impoten dan amnenorhoe (wanita).
f.     Cairan elektrolit
Gangguan asam-basa menyebabkan kehilangan sodium sehingga terjadi dehidrasi, asidosis, hyperkalemia, hipermagnesemia, dan hipokalsemia.
g.    Dermatologi
Pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis, dan uremia frost.
h.    Abnormal skeletal
Osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalasia.
i.      Hematologi
Anemia, defek kualitas flatelat, dan perdarahan meningkat.
j.      Fungsi psikososial
Perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan  proses kognitif.

4.    Tahapan
Semua individu dengan laju filtrasi glomerulus (GFR) <60 mL/min/1.73 m2 selama 3 bulan diklasifikasikan sebagai memiliki penyakit ginjal kronis, terlepas dari ada atau tidak adanya kerusakan ginjal . Alasan untuk termasuk orang-orang adalah bahwa penurunan fungsi ginjal untuk tingkat atau lebih rendah merupakan kehilangan setengah atau lebih tingkat dewasa fungsi ginjal normal, yang mungkin terkait dengan sejumlah komplikasi.
Semua individu dengan kerusakan ginjal diklasifikasikan sebagai memiliki penyakit ginjal kronis, terlepas dari tingkat GFR. Alasan untuk termasuk individu dengan GFR> 60 mL/min/1.73 m2 adalah bahwa GFR dapat dipertahankan pada tingkat normal atau meningkat meskipun kerusakan ginjal substansial dan bahwa pasien dengan kerusakan ginjal berada pada risiko yang meningkat dari dua besar hasil dari penyakit ginjal kronis: hilangnya fungsi ginjal dan perkembangan penyakit kardiovaskular.
Hilangnya protein dalam urin dianggap sebagai penanda independen untuk perburukan fungsi ginjal dan penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, pedoman Inggris menambahkan huruf "P" untuk tahap penyakit ginjal kronis jika ada kehilangan protein yang signifikan. Pada gagal ginjal kronik terdapat 5 tahap, yaitu :
Tahap 1
Fungsi Sedikit berkurang; kerusakan ginjal dengan GFR normal atau relatif tinggi (≥ 90 mL/min/1.73 m 2 ). Kerusakan ginjal didefinisikan sebagai kelainan patologis atau penanda kerusakan, termasuk kelainan pada tes darah atau urine atau studi pencitraan
Tahap 2
Ringan pengurangan GFR (60-89 mL/min/1.73 m 2 ) dengan kerusakan ginjal. Kerusakan ginjal didefinisikan sebagai kelainan patologis atau penanda kerusakan, termasuk kelainan pada tes darah atau urine atau studi pencitraan

Tahap 3
Sedang penurunan pada GFR (30-59 mL/min/1.73 m 2 ) pedoman Inggris membedakan antara tahap 3A (GFR 45-59) dan tahap 3B (GFR 30. - 44) untuk tujuan skrining dan rujukan.
Tahap 4
Parah penurunan pada GFR (15-29 mL/min/1.73 m 2 ) Persiapan untuk terapi pengganti ginjal.
Tahap 5
Ditetapkan gagal ginjal (GFR <15 mL/min/1.73 m 2 , atau terapi pengganti ginjal permanen (RRT).

5.    Pemeriksaan penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium maupun radiologi menurut Kowalak, dkk, 2011 : 565, meliputi:
a.    Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi GGK
1)    Foto polos abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal. Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain. Foto polos yang disertai tomogram memberikan keterangan yang lebih baik.
2)    Pielografi Intra Vena (PIV)
Dapat dilakukan dengan intravenous infusion pyelography, menilai system pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya pada : usia lanjut, diabetes mellitus dan nefropati asam urat.
3)    USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
4)    Renogram
Menilai fungsiginjal kiri dan kanan, lokasi gangguan (vaskular, parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
5)    EEG
Menunjukan dugaan perubahan ensefalopati metabolik.
6)    Biopsi ginjal
Memungkinkan identifikasi histologis dari proses penyakit yang mendasari. 
b.    Laboratorium
1)    Hasil pemeriksaan darah, meliputi:
a)    penurunan pH darah arteri dan kadar bikarbonat; kadar hemoglobin dan nilai hematokrit yang rendah
b)    pemendekan usia sel darah merah, trombositopenia ringan, defek trombosit
c)    kenaikan kadar ureum, kretinin, natrium, dan kalium
d)    peningkatan sekresi aldosteron yang berhubungan dengan peningkatan produksi renin
e)    hiperglikemia (tanda kerusakan metabolisme karbohidrat)
f)     hipertrigliseridemia dan kadar high-density lipoprotein yang rendah
2)    Hasil urinalisis yang membantu penegakan diagnosis, meliputi:
a)    berat jenis yang tetap pada nilai 1,010
b)    proteinuria, glikosuria, sel darah merah, leukosit, silinder, atau kristal yang bergantung pada penyebab
6.    Penatalaksanaan Medis
Menurut Toto Suharyanto dan  Abdul Madjid, 2009: 189 Pengobatan gagal ginjal kronis dapat dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu:
a.    Tindakan  konservatif, untuk meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif
1)    Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan
a)    Pembatasan protein
Tidak hanya mengurangi kadar BUN, tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta mengurangi produksi ion hidrogen yang berasal dari protein. Jumlah kebutuhan protein biasanya dilonggarkan sampai 60-80 g/hari, apabila penderita mendapatkan  pengobatan dialisis teratur.
b)    Diet rendah kalium
Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal ginjal lanjut. Asupan kalium dikurangi. Diet yang dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari.
c)    Diet rendah natrium.
Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2g Na). Asupan natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif.
d)    Pengaturan cairan
Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus diawasi dengan seksama. Parameter yang tepat untuk diikuti selain data asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah pengukuran berat badan harian. Asupan yang bebas dapat menyebabkan beban sirkulasi menjadi berlebihan, dan edema. Sedangkan asupan yang terlalu rendah, mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal.
2)    Pencegahan dan pengobatan komplikasi
a)    Hipertensi
Dapat dikontrol dengan pembatasan natrium dan cairan; pemberian diuretik: furosemide (Lasix); pemberian obat antihipertensi: metildopa (aldomet), propranolol, klonidin (catapres), apabila penderita sedang mengalami terapi hemodialisa, pemberian antihipertensi dihentikan karena dapat mengakibatkan hipotesi dam syok yang diakibatkan oleh keluarnya cairan intravaskuler melalui ultrafiltrasi.
b)    Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan komplikasi yang paling serius, karena bila K+ serum mencapai sekitar 7 mEq/L, dapat mengakibatkan aritmia dan juga henti jantung. Hiperkalemia dapat di obati dengan pemberian glukosa dan insulin intravena, yang akan memasukkan K+ ke dalam sel, atau dengan pemberian Kalsium Glukonat 10%.
c)    Anemia
Diakibatkan penurunan sekresi eritropoeitin oleh ginjal. Pengobatannya adalah pemberian hormon eritropoetin, yaitu rekombian ertropoeitin (r-EPO), selain dengan pemberian vitamin dan asam folat, besi dan tranfusi darah.
d)    Asidosis
Biasanya tidak diobati kecuali HCO3 plasma turun dibawah angka 15 mEq/L. bila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian Na HCO3 (Natrium Bikarbonat) parenteral. Koreksi pH darah yang berlebihan dapat mempercepat timbulnya tetani, maka harus dimonitor dengan seksama.
e)    Diet rendah fosfat
Dengan pemberian gel yang dapat mengikat fosfat di dalam usus. Gel yang dapat mengikat fosfat harus dimakan bersama dengan seksama.
f)     Pengobatan hiperurisemia
Pemberian alupurinol. Obat ini mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis sebagian asam urat total yang dihasilkan tubuh.
b.    Dialisis dan transplantasi
Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan dialisis dan trasplantasi ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk mempertahankan penderita dalam keadaan klinis yang optimal sampai tersedia donor ginjal.
Dialisis dilakukan apabila kadar kreatinin serum biasanya diatas 6 mg/ 100 ml pada laki-laki atau 4 ml/ 100 ml pada wanita, dan GFR kurang dari 4 ml/ menit.

7.    Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada gagl ginjal kronis menurut Kowalak dkk, 2011: 564, meliputi:
a.    Anemia
Pada GGK, anemia terjadi karena berkurangnya produksi hormon eritropoeitin (EPO) akibat berkurangnya massa sel-sel tubulus ginjal. Hormon ini diperlukan oleh sumsum tulang  untuk merangsang  pembentukan sel-sel darah merah dalam jumlah yang cukup untuk  mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Jika eritropoietin berkurang,  maka sel-sel darah merah yang terbentuk pun akan berkurang, sehingga timbullah anemia.
Faktor lain yang juga berperan dalam terjadinya anemia adalah :
1)   kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, karnitin
2)   penghambat eritropoietin (peradangan, hiperparatiroidisme)
3)   perdarahan
4)   umur sel darah merah yang memendek (misalnya pada anemia hemolitik, anemia sickle cell/anemia bulan sabit)


b.    Neoropati perifer (kerusakan saraf)
Beberapa penyakit metabolik lainnya mempunyai kaitan yang erat dengan neuropati perifer. Uremia atau gagal ginjal kronik, mempunyai resiko 10-90% mengembangkan gejala neuropati, dan mungkin terdapat kaitan antara gagal hati dan neuropati perifer.Terakumulasinya lemak di dalam pembuluh darah (aterosklerosis) dapat  memutus suplai darah kepada saraf  perifer  tertentu. Tanpa oksigen dan nutrisi, saraf  tersebut perlahan akan mati.
c.    Komplikasi kardiopulmoner
Penderita GGK juga berisiko mengalami gagal jantung atau  penyakit jantung iskemik. Gagal jantung adalah suatu  keadaan dimana jantung tidak dapat memompa darah dalam jumlah yang memadai ke seluruh tubuh. Jantung tetap bekerja tetapi kekuatan memompa atau daya tampungnya berkurang. Gagal jantung bisa menyerang jantung bagian kiri, bagian kanan atau keduanya.
Gagal  jantung  pada GGK  biasanya didahului oleh anemia. Jika tidak diobati, anemia pada GGK bisa menimbulkan masalah yang serius. Jumlah sel darah merah yang rendah akan memicu jantung sehingga jantung bekerja lebih keras. Hal ini menyebabkan pelebaran bilik jantung kiri yang disebut LVH (left ventricular hypertrophy). Lama kelamaan, otot jantung akan melemah dan tidak mampu memompa darah sebagaimana mestinya sehingga terjadilah gagal jantung. Hal ini dikenal dengan nama sindrom kardiorenal.
d.    Komplikasi Gastrointestinal
Dapat berupa anoreksia, nausea, muntah yang dihubungkan dengan terbentuknya zat toksik (amoniak, metal guanidin) akibat metabolisme protein yang terganggu oleh bakteri usus sering pula faktor uremikum akibat bau amoniak dari mulut. Sehingga terkristalisasi dari keringat dan membentuk serbuk putih di kulit (bekuan uremik). Beberapa penderita merasakan gatal di seluruh tubuh. Disamping itu sering timbul stomatitis. Gastritis erosif hampir dijumpai pada 90% kasus GGK, bahkan kemungkinan terjadi ulkus peptikum dan kolitis uremik.
e.    Disfungsi seksual
Gangguan sistem endokrin yang terjadi pada GGK menyebabkan berkurangnya produksi hormon testosteron. Hormon ini diperlukan untuk menghasilkan sperma (spermatogenesis), merangsang libido dan untuk fungsi seksual yang normal. Selain itu, secara emosional penderita GGK juga mengalami perubahan emosi. Perasaan cemas, khawatir dan depresi dapat menyebabkan terkurasnya energi, berkurangnya kemampuan dan hilangnya keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk aktivitas seksual.)
f.     Defek skeletal
Kelainan tulang pada GGK yang terjadi akibat gangguan metabolisme mineral disebut sebagai osteodistrofi renal. Pada keadaan ini, ginjal gagal mempertahankan keseimbangan kadar kalsium dan fosfat dalam darah. Jika kadar fosfat dan kalsium dalam darah sangat tinggi (hasil kali kadar kalsium dan fosfat mencapai > 70 mg/dL) maka selain demineralisasi tulang, pada GGK akan terjadi pengendapan garam kalsium fosfat di berbagai jaringan lunak (kalsifikasi metastatik).
Ginjal yang sehat menghasilkan kalsitriol, suatu bentuk aktif vitamin D, yang bertugas  membantu menyerap kalsium dari makanan ke dalam tulang dan darah. Jika kadar kalsitriol turun sangat rendah maka penyerapan kalsium dari makanan juga terganggu, akibatnya kadar hormon paratiroid akan meningkat dan merangsang pengambilan kalsium dari tulang dan tulang akan menjadi rapuh. Kalsitriol dan hormon paratiroid bekerja sama untuk menjaga keseimbangan kalsium dan kesehatan tulang.
g.    Parestesia
h.    Disfungsi saraf motorik, seperti foot drop dan paralisis flasid
i.      Fraktur patologis

A.   Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada individu, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan individu tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Murwani, 2007)
1.    Pengkajian
Menurut Menurut Doengoes, 2000 pada pengakajian ada beberapa hal yang perlu dikaji pada pasien dengan gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut : 
a.     Aktivitas/istirahat
Gejala   :    Keletihan, kelemahan, malaise.
Tanda   :    Kelemahan otot, kehilangan tonus.
b.    Sirkulasi
Tanda   :    Hipotensi atau Hipertensi (eklampsi), distritmia jantung, nadi lemah/halus, hipovolemia, DVJ, nadi kuat (hipervolemia), edema jaringan umum, pucat, kecenderungan perdarahan.
c.    Eliminasi
Gejala   :    Perubahan pola berkemih biasanya: peningkatan frekuensi, poliuri (kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguri, (fase akhir) disuria ragu-ragu, dorongan dan retensi, (inflamasi/obstruksi, infeksi), dan abdomen kembung, diare atau konstipasi, riwayat HPB, batu/kalkuli.
Tanda   :    Perubahan warna urin. Contoh: kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria (biasanya 12-21 hari), poliuri (2-6 L/ hari).
d.    Makanan/Cairan
Gejala   :    Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (dehidrasi) Mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati. Penggunaan diuretik.
Tanda   :    Perubahan turgor kulit/kelembaban dan edema (umum, bagian bawah).
e.    Neurosensori
Gejala   :    Sakit kepala, penglihatan kabur, dan kram otot/kejang sindrom “kaki gelisah”.
Tanda   :    Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidak mampuan berkonsentrasi, hilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan elektrolit/asam basa), kejang, fasikulasi otot, dan aktivitas kejang.
f.     Nyeri/keamanan
Gejala   :    Nyeri tubuh, sakit kepala.
Tanda   :    Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.
g.    Pernapasan
Gejala   :    Napas pendek.
Tanda   :    Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, kedalamaman (pernapasan kussmaul), napas ammonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda (edema paru).
h.    Keamanan
Gejala   :    Adanya reaksi transfuse (kulit gatal, ada/berulangnya infeksi)
Tanda   :    Demam (sepsis, dehidrasi), petekie (area kulit ekimosis), dan pruritus (kulit kering).
i.      Seksualitas
Gejala   :    Penurunan libido, amenorea,  infertilitas  i
j.      Interaksi sosial
Gejala   :    Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga
k.    Penyuluhan/pembelajaran
Gejala   :    Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignansi. Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang.


2.    Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gagal ginjal kronik adalah (Nanda, 2011) :
a.    Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin, diet berlebihan dan retensi cairan dan natrium
b.    Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan anemia
c.    Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, pembatasan diet, stomatitis.
d.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan sekunder akibat anemia
e.    Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh, dan fungsi seksual
f.     Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
g.    Gangguan proses pikir berhubungan dengan terlalu memperhatikan penyakit dan pembatasan.
h.    Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleren aktivitas
3.    Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalamberalih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat kesehatan saat ini ke tingkat kesehatan yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Nanda, 2011)
Table 1. intervensi keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
Rasional
1
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin, diet berlebihan dan retensi cairan dan natrium

Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Dengan kriteria hasil :
a)  Tidak terjadi edema
b) Menunjukkan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang
c)  Turgor kulit baik
d) Membran mukosa lembab
e)  Berat badan normal 18,5 - 22
f)  Tanda-tanda vital dalam  batas normal  90-140/60-90 mmHg, nadi 80-100 x/m, respirasi 16-24x/m.

·     Kaji status cairan:
-    Timbang berat badan harian


-    Keseimbangan masukan dan haluaran



-    Turgor kulit dan adanya edema



-    Distensi vena leher



·     Batasi masukan cairan



·     Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering.

·     Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan.


·     Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium
·     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat diuretic

·     Adanya penambahan berat badan memunkingkan adanya kelebihan cairan
·     Cairan yang masuk sama dengan pengeluaran akan yidak terjadi kelebihan cairan dan menyebabkan edema
·     Adanya edema maka turgor kulit berkurang dan menandakan Adanya kelebihan cairan
·     Adanya distensi vena leher menunjukan adanya kelebihan cairan
·     Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi.
·     Hygiene oral mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut.
·     Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
·     Protein yang adekuat dan pembatasan natrium dapat mengurangi edema



·     Kencing lancar akan mengurangi kelebihan cairan
2
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan anemia
Mempertahankan pola napas yang efektif dengan kriteria hasil :
a)  Kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
b) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, penapasan)
·     Kaji frekuensi dan irama pernapasan, tekanan darah dan nadi




·     Ubah posisi pasien ke semi fowlar

·     Ajarkan untuk teknik napas dalam

·     Pertahankan lingkungan yang bebas asap rokok
·     Kolaborasi dalam pemberian oksigen  dengan kanul nasal, atau masker
·     Frekuensi pernapasan, irama pernapasan tidak menentu dan tekanan  darah, denyut nadi meningkat akan menunjukan pola napas tidakefektif

·     Posisi semi fowlar dapat mengoptimalkan pernapasan
·     Teknik napas dalam dapat memperbaiki pola pernapasan
·     Asap rokok dapat mengganggu pernapasan pasien
·     Oksigen dapat mempertahankan pola napas efektif
3
Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, pembatasan diet, stomatitis
Mempertahankan perubahan nutrisi yang adekuat.
Dengan kriteria  hasil :
a.  Menunjukkan BB stabil
b. Tidak terjadi edem
c.  Membran mukosa lembab

·    kaji status nutrisi:
-    Perubahan berat badan




·    Kaji pola diet nutrisi pasien:
-    Riwayat diet
-    Makanan kesukaan
-    Hitung kalori
-     
·     Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi:
-    Anoreksia, mual, muntah
-    Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
-    Depresi
-    Kurang memahami pembatasan diet
-    Stomatitis
·     Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
·     Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi; telur, produk susu, daging.

·     Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjuran untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium atau kalium.

·     Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.
·     Ciptakan lingkungan yang nyaman selama sewaktu makan.


·  Kolaborasi pemberian obat anti emetik (metociropmid)

·  Kolaborasi pemberian multivitamin

·     Berat badan yang berubah dapat menyebabkan terjadinya ketidaksimbangan nutrisi


·     Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.
·     Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.







·     Mendorong peningkatan masukan diet.


·     Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen untuk  pertumbuhan dan penyembuhan.
·     Daftar yang dibuat menyediakan pendeketan positif terhadap pembatasan diet dan merupakan referensi untuk pasien dan keluarga yang dapat digunakan dirumah.
·     Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet, urea, dan kadar kreatinin dengan penyakit renal.
·     Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan  anoreksia dihilangkan.
·     Bertugas untuk mengurangi muntah dengan menambah asam gastrin
·     Melengkapi dukungan pembatasan diet

4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan sekunder akibat anemia

Berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi.
Dengan kriteria hasil :
a)  Tidak mengeluh lelah, berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
b)  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADL) secara mandiri
c)  Laporan perasaan lebih berenergi
d) Frekuensi pernapasan dan frekuensi jantung kembali dalam rentang normal setelah penghentian aktifitas.
e)  Keseimbangan aktivitas dan istirahat
·     Kaji tingkat aktivitas klien



·       Bantu ambulasi secara bertahap.






·       Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi; bantu jika keletihan terjadi.
·       Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis.


·     Dekatkan kebutuhan yang diperlukan oleh klien.

·       Libatkan keluarga dalam perawatan mobilitas fisik



·     mengetahui tingkat kemampuan dalam memenuhi kebutuhan ADL pedoman untuk intervensi selanjutnya
·    ambulasi yang tidak bertahap dapat menyebabkan kelelahan dan ambulasi bertahap dapat mencegah terjadinya cedera krisis situasi (kanker).
·    Meningkatkan aktivitas ringan/ sedang dan memperbaiki harga diri.



·     .Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien melelahkan.
·     memudahkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
·     partisipasi keluarga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya.
5
Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh, dan fungsi seksual
Memperbaiki konsep diri dengan kriteria hasil :
a)  Mau berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi
b) Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.

·     Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan
·     Kaji hubungan antara anggota keluarga terdekat.
·     Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga.






·     Penanganannya:
-    Perubahan peran
-    Perubahan gaya hidup
-    Perubahan dalam pekerjaan
-    Perubahan seksual
-    Ketergantungan pada tim tenaga kesehatan
·     Gali cara alternatif untuk ekspreksi seksual lain selain hubungan seksual.
·     Diskusikan peran memberi dan menerima cinta,  kehangatan, dan kemesraan.
·     Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi perubahan dalam hidup.
·     Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi.
·     Pola koping yang telah efektif dimasa lalu mungkin berpotensial destruktif  ketika memandang pembatasan yang ditetapkan akibat penyakit dan penanganan.

·     Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghadapinya.



·     Bentuk alternatif ekspresi seksual dapat diterima.

·     Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu, tergantung pada tahap maturitasnya
6
Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
kecemasan tidak ada/hilang
dengan kriteria hasil :
a)  Klien mengungkapkan bahwa kecemasan berkurang
b) Tanda-tanda vital dalam ketentuan batas 140/90 mmHg, nadi 80-100 x/m, respirasi 16-24x/m.
c)  Klien memperbaharuhi coping, terbukti dengan layaknya.
d) Tidak tampak melemah, murung.

·     Kaji tingkat cemas, ekspresi verbal perasaan tentang prognosa dan pengaruh pada gaya hidup.
·     Kaji tingkat penggunaan mekanisme koping, kemampuan menjelaskan masalah.
·     Kaji kepribadian, sumber untuk koping dengan stress dan kecemasan.

·     Berikan informasi penerimaan tidak menyesuaikan/memutuskan sikap tanpa perasaan kecewa, ketidak sadaran atau marah.
·     Ciptakan lingkungan yang mencegah kecemasan, situasi kemajemukan.
·     Anjurkan teknik relaksasi seperti penyimpangan lingkungan, kegiatan relaksasi otot, musik.
·     Berikan informasi prognosa penyakit dan pengaruhnya perubahan gaya hidup mengontrol gejala dengan pengobatan dan keluhan obat berpantang.
·     Ajari koping memecahkan masalah dan kemampuan komunikasi.
·     Ajak partisipasi klien keluarga mendukung kelompok dan konseling perorangan untuk mengurangi stres/relsasi.

·     Rentang cemas dari sedang keberat, tingkat cemas akan tinggi akan gatal beradaptasi kebiasan dan kemampuan koping.
·     Kebiasaan pemecahan masalah diperlukan untuk koping dengan penyakit

·     Sistem pendukung dan kekuatan kepribadian dapat membantu dalam perkembangan kemampuan koping.
·     Berikan dukungan emosional ketika mengungkapkan, klien mengontrol lingkungan.



·     Penurunan kecemasan dengan menghindari rangsangan tambahan.

·     Mengurangi cemas dan meningkatkan istirahat dan ketenagaan.


·     Dapat meningkatkan pemahanan sakit dan petunjuk untuk diikuti





·     Izinkan untuk pembebasan kecemasan dengan komunikasi
·     Berikan kebutuhan dukungan dan informasi untuk membantu untuk mengurangi stress.

7
Gangguan proses pikir berhubungan dengan terlalu memperhatikan penyakit dan pembatasan.
Proses pikir sempurna dengan kriteria hasil :
a)  Klien mampu mengungkapkan pikiran yang rasional
b) Mampu meningkatkan peristiwa-peristiwa yang sudah lewat
c)  Orientasi tempat, waktu dan orang
d) Mampu memutuskan suatu yang bersifat dua pilihan

·     Kaji luasnya gangguan kemampuan berpikir, memori dan orientasi perhatikan lapangan perhatian








·     Pastikan dari orang terdekat, tingkat mental klien biasanya.


·     Berikan informasi orang terdekat tentang status klien



·     Berikan lingkungan dan izinkan menggunakan televisi, radio dan kunjungan.


·     Orientasi terhadap lingkungan orang dan sebagainya, berikan kalender, jam, jendela keluar.
·     Hadirkan kenyataan secara singkat ringkas dan jangan menentang dengan pikiran yang logis.



·     Komunikasi/informasi/ instruksi dalam kalimat pendek sederhana. Tanyakan pertanyaan ya/tidak, ulangi penjelasan sesuai keperluan

·     Buat jadwal teratur sesuai yang diharapkan


·     Tingkat istirahat adekuat dan tidak menganggu periode teratur.
·     Efek sindroma uremik dapat terjadi dengan kekacauan dan berkembang ke perubahan kepribadian atau ketidakmampuan untuk mengasimilasi informasi dan berbartisipasi dalam perawatan. Kewaspadaan terhadap perubahan memberikan kesempatan untuk evaluasi dan intervensi.
·     Membiarkan perbandingan untuk mengevaluasi perkembangan/perbaikan gangguan
·     Beberapa perbaikan dalam mental mungkin diharapkan dengan perbaikan kadar BUN, elektrolit dan PH serum yang lebih normal
·     Meminimalkan rangsangan untuk menurunkan kelebihan sensori/peningkatan kekacauan saat mencegah.

·     Memberikan petunjuk untuk membantu dalam pengenalan kenyataan


·     Konfrontasi potensial membuat reaksi perlawanan dan dapat menimbulkan ketidakpercayaan klien dan meningkatkan bahwa komunikasi akan dipahami/diingat.
·     Membantu dalam mempertahankan kecemasan dan meningkatkan bahwa komunikasi akan dipahami/diingat


·      Membantu dalam mempertahankan orientasi kenyataan dan dapat menurunkan takut atau cemas.
·     Ganguan tidur dapat mengganggu kognitif lebih lanjut.

8
Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleren aktivitas
perawatan diri terpenuhi
dengan kriteria hasil :
a)  Berpartisipasi pada aktivitas sehari-hari
b) Personal hygiene terjaga

·     Tentukan kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri.
·     Berikan dengan aktivitas yang diperlukan.

·     Dorong dan gunakan tehnik penghematan energi, contoh duduk tidak berdiri; mandi duduk; melakukan tugas dalam peningkatan bertahap.
·     Jadwalkan aktivitas yang memungkinkan pasien cukup waktu untuk menyelesaikan tugas pada kemampuan paling baik

·     Kondisi dasar akan menentukan tingkat kekurangan/kebutuhan.


·     Memenuhi kebutuhan dengan mendukun partisipasi dan kemandirian pasien
·     Menghemat energi, menurunkan kelelahan dan meningkatkan kemampuan pasien untuk melakukan tugas.


·      Pendekatan yang tenang menurunkan frustasi, meningkatkan partisipasi pasien, meningkatkan harga diri.


4.    Implementasi Asuhan Keperawatan
Implementasi asuhan keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Murwani, 2007)

5.    Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Murwani, 2007). Setelah melakukan tindakan keperawatan maka hasil evaluasi yang diharapkan untuk pasien Gagal Ginjal Kronik yaitu :
a.       Volume cairan yang seimbang
b.       Pola napas yang efektif
c.       Kebutuhan nutrisi yang adekuat
d.       Beraktifitas yang dapat ditoleransi
e.      Memperbaiki konsep diri
f.        Kecemasan tidak ada/hilang
g.      Proses pikir sempurna
h.      Perawatan diri terpenuhi



















B.   Kerangka Teori
 























Gambar 1. Kerangka teori
Kerangka teori modifikasi dari Kowalak, dkk (2011), Nanda (2011)
C.   Pertanyaan Penelitian
1.   Bagaimanakah pengkajian asuhan keperawatan pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di bangsal St. Lukas Rumah Sakit Umum St. Vincentius tahun  2016?
2.   Bagaimanakah diagnosa keperawatan yang sering muncul penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di bangsal St. Lukas Rumah Sakit Umum St. Vincentius tahun  2016?
3.   Bagaimanakah intervensi keperawatan yang efektif untuk meningkatkan adaptasi pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di bangsal St. Lukas Rumah Sakit Umum St. Vincentius tahun  2016?
4.   Bagaimanakah implementasi keperawatan yang efektif untuk meningkatkan adaptasi pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di bangsal St. Lukas Rumah Sakit Umum St. Vincentius tahun  2016?
5.    Bagaimanakah hasil evaluasi asuhan keperawatan pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) di bangsal St. Lukas Rumah Sakit Umum St. Vincentius tahun  2016?